#Box-Banner-ads { margin: 0px; padding: 5px; text-align: center; } #Box-Banner-ads img { margin: 0px 4px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 1px solid #c0c0c0; } #Box-Banner-ads img:hover { margin: 0px 4px 4px 0px; padding: 3px; text-align: center; border: 1px solid #333; }

Minggu, 21 Februari 2016

Politik Apartheid



Penulis : Fakhis S.F. (18 Desember 2011)
We shall not be moved
            Politik Apartheid adalah suatu bentuk diskriminasi terhadap bangsa asli afrika atau berkulit hitam. Suatu bentuk politik yang berusaha mengurangi hak kebebasan kaum kulit hitam di Afrika Selatan yang dilakukan oleh kulit putih / keturunan eropa. Hal ini tentu merupakan pelanggaran HAM,kaum kulit hitam yang sebenarnya penduduk asli / tuan rumah terasa seperti terpinggirkan sebagai warga kelas dua,bahkan fasilitas umum dibedakan dan tentunya buat kaum kulit putih mendapat fasilitas yang lebih baik. Tidak hanya itu kaum kulit hitam dianggap kaum kotor,sebagai contoh ibukota Afrika Selatan Johanesberg direncanakan akan dibersihkan dari para kulit hitam, tentu ini merupakan pelanggaran HAM yang berat. Tapi diantara kegelapan ada cahaya yang menerangi dan member harapan,dia adalah Nelson Mandela,dia rela mengorbankan harta bahkan nyawa sekalipun untuk mengambil kembali hak yang dimiliki kaum kulit hitam,dia bahkan dijebloskan ke panjara seumur hidup. Tetapi perjuangannya membuka mata dunia, sebagian besar dunia mengecam politik apartheid yang dilakukan bangsa kulit putih dan akhirnya pada tahun 1993 politik Apartheid dihapuskan dan Nelson Mandela dibebaskan bahkan pada pemilu terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika selatan. Itulah arti dari politik Apartheid dan perbedaan warna kulit adalah suatu hal yang melanggar Hak Asasi Manusia.
            Tetapi bukan masalah politik yang terjadi di Afrika Selatan dan termasuk perbedaan warna kulit yang akan saya bicarakan karena itu bukan dunia saya, tetapi yang akan saya bicarakan adalah tentang dunia saya,yaitu saya sebagai remaja berusia 17 tahun yang menyukai olah raga Sepak Bola. Nama ku Fakhis,tinggal di Godean, Sleman, seperti kebanyakan warga Godean terutama dikalangan remaja adalah suporter fanatik sebuah klub yang ada di DIY,yaitu PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta,setahuku di Godean ada beberapa laskar pendukung PSIM,seperti Gabruth,Pejah Gesang,Brigezt dan beberapa laskar Maident. Begitu juga dengan pendukung PSS ada banyak laskar pendukung PSS. Pendukung PSIM pecah menjadi dua,yaitu Brajamusti dengan kaos warna biru dan The Maident dengan kaos warna hitam. Aku pernah mendengar cerita bahwa ada seorang Maident ditusuk oleh orang dengan memakai kaos Gabruth dan di facebook aku melihat sebagian posting berisi tentang permusuhan BM-MI,hmm kelihatannya menarik. Lalu bagaimana dengan pendukung PSS,seperti yang kita ketahui bahwa suporter  PSS adalah Slemania dengan atribut warna hijau, tetapi pendukung PSS bukan hanya Slemania,tetapi juga ada sekumpulan orang yang tiada henti untuk mendukung PSS di tribun kuning /selatan dengan memakai atribut warna hitam yang dikenal dengan nama “Brigata Curva Sud”. Brigata : Brigade, Curva : sudut /tribun, Sud : selatan, jadi maksudnya adalah siapapun yang mendukung PSS berada ditribun selatan maka dia termasuk Brigata Curva Sud,tidak ada pengecualian,yang penting Loyalitas dan Totalitas untuk PSS.
            Tapi apa yang terlihat hari sabtu tanggal 17 Desember 2011 kemarin,kami tidak bisa masuk stadion hanya karena kami memakai kaos warna hitam,padahal hari itu adalah hari yang aku tunggu selama kurang lebih 8 bulan karena hari itu adalah Laga Perdana PSS vs Persipasi,tentu saja kesan laga perdana dengan laga-laga lain berbeda. Yang kami lakukan seperti hanya bisa pasrah dan mendukung PSS dengan bernyanyi meskipun diluar stadion,ketika terdengar sorak sorai karena terjadi gol aku merasa iri ingin berada di dalam stadion dan ketika laga usai dan bus tim tamu keluar emosi ku kuluapkan dengan melempari bus tersebut dengan batu (ben modaarrrrr sekalian,udah emosi bgt ne). Aku sangat kecewa dengan hal ini,seharusnya kita bisa bergandeng tangan ,bukan permusuhan karena politik. Pada saat laga Uji Coba PSS vs Sriwijaya FC terdengar lagu yang dinyanyikan oleh Slemania dengan mengganti lirik lagu “Tinggalkan Genk Tinggalkan Partai” menjadi “Tinggalkan Genk Tinggalkan Ultras”,tentu hal ini membuatku emosi,apa salah kami. Tentu masih teringat musim lalu saat laga PSS vs Perserui ketika kami para BCS sedang pesta flare,ketika selesai terdengar nyanyian “Ultras asu..Ultras asu…buat apa Ultras buat apa Ultras,Ultras itu tak ada gunanya” dari tribun utara,tentu aku emosi dan mengacungkan jari tengah ku dan menghujat mereka,tiba-tiba datang seorang Bala Slemania dan memukuli seseorang disebelahku,tentu dengan sigap teman-teman BCS mengkroyok Bala tersebut,tiba-tiba sang ketua Slemania menampari kami dan giliran si ketua yang kami keroyok,hal itu selesai setelah polisi datang. Tapi belum berakhir diluar stadion,para Slemania melempari kami dengan batu sampai kena lutut ku,aduhh memar dan berdarah. Itulah yang terjadi,terjadi diskriminasi terhadap sesama pendukung PSS hanya karena memakai kaos warna hitam dan bukan slemania,sudah pernah kukatakan bahwa darah ku itu Hijau, hanya saja memakai kaos warna Hitam dan mendukung di tribun kuning/selatan, satu tekad satu tujuan totalitas dan loyalitas untuk PSS.
            Alangkah indahnya jika sepak bola murni sebagai olahraga,tidak dicampur adukan dengan politik. Tetapi kenyataannya politik tidak hanya di PSSI,tapi juga merasuk ke daerah,sudah menjadi rahasia umum jika para petinggi Slemania adalah kader partai politik. Para Slemania dengan berbagai alas an yang tidak relevan dan kurang jelas selalu memojokan kami, termasuk menyalakan red flare dan smoke bom dianggap sebagai teroris,tapi itu salah karena itu adalah bentuk dari kreatifitas kami,dan moto kami adalah Ultras No Politica. Jadi apa bedanya dengan politik Apartheid yang terjadi di Afrika Selatan,politik berkelahi hanya bisanya caci maki, PSS bukan hanya sekedar klub tetapi sebagai identitas,kalau hanya pemain mereka hanya tanda tangan,urek..urek..urek… udah selesai, Identitas bahwa kami anak Sleman dan punya kebanggaan yang patut dibanggakan, karena itu kami disini JUGA anak Sleman sampai mati mendukung PSS semuanya PSS hanya PSS. Apa salahnya sihh kalo kami memakai kaos warna hitam dan bukan Slemania,nggak ada undang-undangnya kalau mendukung PSS harus menjadi Slemania dan memakai kaos warna hijau. Apa yang akan terjadi dikemudian hari? apakah akan terjadi permusuhan diantara sesama pendukung PSS? permusuhan antara warna Hijau vs Hitam? hanya waktu yang bisa menjawab, sebenarnya jika tidak ada unsur politik maka semua ini tidak akan terjadi. Jadi pendukung PSS nggak harus Slemania dan memakai atribut warna Hijau,yang penting kita tunjukan tekad,tujuan,totalitas dan loyalitas untuk PSS, Being Ultras Isn’t a Crime.

            Sleman Belong’s To Me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read more: http://www.caraseoblogger.com/2013/11/cara-menambahkan-animasi-burung-twitter.html#ixzz3JluQWw4H