Penulis
: Fakhis S.F. (18 Desember 2011)
We shall not be moved
Politik
Apartheid adalah suatu bentuk diskriminasi terhadap bangsa asli afrika atau
berkulit hitam. Suatu bentuk politik yang berusaha mengurangi hak kebebasan
kaum kulit hitam di Afrika Selatan yang dilakukan oleh kulit putih / keturunan
eropa. Hal ini tentu merupakan pelanggaran HAM,kaum kulit hitam yang sebenarnya
penduduk asli / tuan rumah terasa seperti terpinggirkan sebagai warga kelas
dua,bahkan fasilitas umum dibedakan dan tentunya buat kaum kulit putih mendapat
fasilitas yang lebih baik. Tidak hanya itu kaum kulit hitam dianggap kaum
kotor,sebagai contoh ibukota Afrika Selatan Johanesberg direncanakan akan
dibersihkan dari para kulit hitam, tentu ini merupakan pelanggaran HAM yang
berat. Tapi diantara kegelapan ada cahaya yang menerangi dan member harapan,dia
adalah Nelson Mandela,dia rela mengorbankan harta bahkan nyawa sekalipun untuk
mengambil kembali hak yang dimiliki kaum kulit hitam,dia bahkan dijebloskan ke
panjara seumur hidup. Tetapi perjuangannya membuka mata dunia, sebagian besar dunia
mengecam politik apartheid yang dilakukan bangsa kulit putih dan akhirnya pada
tahun 1993 politik Apartheid dihapuskan dan Nelson Mandela dibebaskan bahkan
pada pemilu terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika selatan.
Itulah arti dari politik Apartheid dan perbedaan warna kulit adalah suatu hal
yang melanggar Hak Asasi Manusia.
Tetapi bukan masalah politik yang
terjadi di Afrika Selatan dan termasuk perbedaan warna kulit yang akan saya
bicarakan karena itu bukan dunia saya, tetapi yang akan saya bicarakan adalah
tentang dunia saya,yaitu saya sebagai remaja berusia 17 tahun yang menyukai
olah raga Sepak Bola. Nama ku Fakhis,tinggal di Godean, Sleman, seperti
kebanyakan warga Godean terutama dikalangan remaja adalah suporter fanatik
sebuah klub yang ada di DIY,yaitu PSS Sleman dan PSIM Yogyakarta,setahuku di
Godean ada beberapa laskar pendukung PSIM,seperti Gabruth,Pejah Gesang,Brigezt
dan beberapa laskar Maident. Begitu juga dengan pendukung PSS ada banyak laskar
pendukung PSS. Pendukung PSIM pecah menjadi dua,yaitu Brajamusti dengan kaos
warna biru dan The Maident dengan kaos warna hitam. Aku pernah mendengar cerita
bahwa ada seorang Maident ditusuk oleh orang dengan memakai kaos Gabruth dan di
facebook aku melihat sebagian posting
berisi tentang permusuhan BM-MI,hmm kelihatannya menarik. Lalu bagaimana dengan
pendukung PSS,seperti yang kita ketahui bahwa suporter PSS adalah Slemania dengan atribut warna
hijau, tetapi pendukung PSS bukan hanya Slemania,tetapi juga ada sekumpulan
orang yang tiada henti untuk mendukung PSS di tribun kuning /selatan dengan
memakai atribut warna hitam yang dikenal dengan nama “Brigata Curva Sud”.
Brigata : Brigade, Curva : sudut /tribun, Sud : selatan, jadi maksudnya adalah siapapun
yang mendukung PSS berada ditribun selatan maka dia termasuk Brigata Curva
Sud,tidak ada pengecualian,yang penting Loyalitas
dan Totalitas untuk PSS.
Tapi apa yang terlihat hari sabtu tanggal
17 Desember 2011 kemarin,kami tidak bisa masuk stadion hanya karena kami
memakai kaos warna hitam,padahal hari itu adalah hari yang aku tunggu selama
kurang lebih 8 bulan karena hari itu adalah Laga Perdana PSS vs Persipasi,tentu
saja kesan laga perdana dengan
laga-laga lain berbeda. Yang kami lakukan seperti hanya bisa pasrah dan
mendukung PSS dengan bernyanyi meskipun diluar stadion,ketika terdengar sorak
sorai karena terjadi gol aku merasa iri ingin berada di dalam stadion dan
ketika laga usai dan bus tim tamu keluar emosi ku kuluapkan dengan melempari
bus tersebut dengan batu (ben modaarrrrr sekalian,udah emosi bgt ne). Aku
sangat kecewa dengan hal ini,seharusnya kita bisa bergandeng tangan ,bukan permusuhan
karena politik. Pada saat laga Uji Coba PSS vs Sriwijaya FC terdengar lagu yang
dinyanyikan oleh Slemania dengan mengganti lirik lagu “Tinggalkan Genk Tinggalkan Partai” menjadi “Tinggalkan Genk Tinggalkan Ultras”,tentu hal ini membuatku
emosi,apa salah kami. Tentu masih teringat musim lalu saat laga PSS vs Perserui
ketika kami para BCS sedang pesta flare,ketika selesai terdengar nyanyian “Ultras asu..Ultras asu…buat apa Ultras buat
apa Ultras,Ultras itu tak ada gunanya” dari tribun utara,tentu aku emosi
dan mengacungkan jari tengah ku dan menghujat mereka,tiba-tiba datang seorang
Bala Slemania dan memukuli seseorang disebelahku,tentu dengan sigap teman-teman
BCS mengkroyok Bala tersebut,tiba-tiba sang ketua Slemania menampari kami dan
giliran si ketua yang kami keroyok,hal itu selesai setelah polisi datang. Tapi
belum berakhir diluar stadion,para Slemania melempari kami dengan batu sampai
kena lutut ku,aduhh memar dan berdarah. Itulah yang terjadi,terjadi
diskriminasi terhadap sesama pendukung PSS hanya karena memakai kaos warna
hitam dan bukan slemania,sudah pernah kukatakan bahwa darah ku itu Hijau, hanya
saja memakai kaos warna Hitam dan mendukung di tribun kuning/selatan, satu
tekad satu tujuan totalitas dan loyalitas untuk PSS.
Alangkah indahnya jika sepak bola
murni sebagai olahraga,tidak dicampur adukan dengan politik. Tetapi
kenyataannya politik tidak hanya di PSSI,tapi juga merasuk ke daerah,sudah
menjadi rahasia umum jika para petinggi Slemania adalah kader partai politik.
Para Slemania dengan berbagai alas an yang tidak relevan dan kurang jelas
selalu memojokan kami, termasuk menyalakan red
flare dan smoke bom dianggap
sebagai teroris,tapi itu salah karena itu adalah bentuk dari kreatifitas kami,dan
moto kami adalah Ultras No Politica.
Jadi apa bedanya dengan politik Apartheid yang terjadi di Afrika
Selatan,politik berkelahi hanya bisanya caci maki, PSS bukan hanya sekedar klub tetapi sebagai identitas,kalau hanya
pemain mereka hanya tanda tangan,urek..urek..urek…
udah selesai, Identitas bahwa kami anak Sleman dan punya kebanggaan yang patut
dibanggakan, karena itu kami disini JUGA anak Sleman sampai mati mendukung
PSS semuanya PSS hanya PSS. Apa salahnya sihh kalo kami memakai kaos warna
hitam dan bukan Slemania,nggak ada undang-undangnya kalau mendukung PSS harus
menjadi Slemania dan memakai kaos warna hijau. Apa yang akan terjadi dikemudian
hari? apakah akan terjadi permusuhan diantara sesama pendukung PSS? permusuhan
antara warna Hijau vs Hitam? hanya waktu yang bisa menjawab, sebenarnya jika
tidak ada unsur politik maka semua ini tidak akan terjadi. Jadi pendukung PSS
nggak harus Slemania dan memakai atribut warna Hijau,yang penting kita tunjukan
tekad,tujuan,totalitas dan loyalitas untuk PSS, Being Ultras Isn’t a Crime.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar