Dalam kisah pewayangan,
kesempurnaan seorang laki-laki identik dengan sosok ksatria Arjuna. Meskipun
Arjuna dalam kisah Maha Bharata secara lengkap tidaklah sesempurna anggapan
orang, tapi sosok ini cukup memberikan gambaran dan bahkan pelajaran bagaimana
menjadi seorang pria yang sempurna. Sekilas, Arjuna adalah seorang ksatria yang
good-looking, punya pesona dan dibuktikan dengan banyaknya isteri yang
dimilikinya. Namun bukan banyaknya wanita ini yang menjadikannya istimewa.
Dalam falsafah Jawa,banyaknya istrinya Arjuna adalah perlambang jumlah ajian
atau ilmu kesaktian Arjuna. Nah, berdasar morfologi itu, para pujangga membuat
sebuah sandi mengenai pria sempurna bak Arjuna.
Lelaki sempurna lahir batin
(fisik dan mental) dianggap memiliki lima hal yang melengkapi hidupnya. Lima
hal itu ialah: Griya (rumah), Wanita (isteri), Turangga
(kuda), Kukila (burung), dan curiga (keris). Makna dari kelima
hal itu secara mendalam adalah:
Rumah diartikan sebagai
tempat pulang selepas berkelana seharian. Ada tempat untuk “di-pulang-i” atau
bahasa Jawanya ngulihi. Jadi seorang pria itu pergi-pergi kemanapun
pasti ada yang membuatnya kembali, seperti pepatah “sejauh-jauh burung terbang
akan kembali ke sarang”. Jikaseorang pria homeless maka dia tak punya
martabat, sama seperti layaknya binatang padahal binatang pun punya wilayah
kekuasaan. Rumah juga merupakan tempat perlindungan, sesuatu yang melindungi
auratnya, aibnya, membatasi wilayah privasinya dengan wilayah umum dan wilayah
privasi orang lain. Rumah adalah sesuatu yang ia lindungi dan pertahankan
sehingga ia bisa melindungi pula orang lain dan melaksanakan dharma/ tugasnya
terhadap wanita pasangan hidupnya (ngayomi, ngayemi, ngayani, ngancani,
nganaki) dan membesarkan anak-anaknya.
Wanita bukan hanya sekedar
wanita, tetapi isteri, pasangan hidup yang benar-benar wanita sebagai pasangan/
penyeimbang hidupnya. Wanita dan pria ibarat bongkot anah panah (nock) dan mata
panah (point). Tanpa bongkot maka anak panah tak bisa didorong oleh tali busur.
Maka wanita berfungsi memberikan dorongan sekaligus alasan untuk menjalani
hidup. Wanita memberikan visi dan misi, motivasi, dan memelihara daya juang
suaminya. Selain itu wanita adalah sifat feminin yang mengimbangi sifat
maskulin lelakinya. Seorang pria dikatakan “jantan” apabila disanding oleh
seorang wanita. Lagipula, Tuhan menciptakan lelaki berpasangan dengan wanita,
baik secara biologis maupun psikologis. Seperti diatas tadi, dharma seorang
lelaki terhadap wanitanya adalah ngayomi (melindungi), ngayemi (memberi
rasa tenteram/ ayem), ngayani (mencukupi kebutuhannya), ngancani
(menemani dalam arti yang luas), dan terakhir nganaki (memberi
keturunan, menanamkan benihnya supaya berketurunan). Jadi untuk melaksanakan
dharma tersebut seorang pria haruslah bersanding/ berpasangan dengan seorang
wanita tulen. Untuk kesempurnaan seorang wanita, akan kita bahas di lain
tempat.
Kuda dalam dunia kuno
adalah kendaraan. Arti dari sandi turangga bukan sekedar kuda secara harfiah,
tetapi juga ‘kendaraan’ dalam arti luas.
Kendaraan adalah sesuatu yang bisa membawa orang itu kemanapun. Di dunia modern,
ini bisa berupa ilmu pengetahuan, keahlian, nama baik, dlsb. Artinya, seorang
pria harus memiliki mobilitas atau kemampuan untuk bepergian, karena ia harus
mengurus banyak hal di luar rumahnya. Arti lainnya adalah sebagai wawasan yang
luas. Pria tidak boleh berwawasan sempit karena ia harus memimpin dirinya
sendiri dan keluarganya, ia harus bisa memberikan arah kehidupan dan membawa
keluarganya menuju kemajuan.
Secara tradisional, banyak
pria Jawa memelihara burung perkutut. Sebenarnya arti dari sandi burung ini
ialah peliharaan, namun dibedakan dengan sapi atau kambing, burung adalah
piaraan istimewa. Burung berarti piaraan kesayangan, yang tidak diambil
hasilnya secara langsung seperti kambing dan sapi tapi dipelihara
sungguh-sungguh. Jadi ini sebenarnya mengacu pada hobi, atau penyaluran energi
mental yang berlebih. Meskipun punya pasangan/ isteri seorang wanita, lelaki
tetap perlu menyalurkan hobi sebagai pelengkap kehidupannya. Ingat, sekali
lagi, pelengkap. Hobi tidak mungkin jadi utama, tapi tanpa hobi hidupnya
timpang, ada kegelisahan batin yang tak tersalurkan. Apalagi di hari tua,
seorang pria perlu menyalurkan energinya pada kegiatan yang menyenangkan. Ini
banyak tidak dipahami oleh kaum wanita, apakah mencintai seorang wanita tidak
cukup untuk kehidupan seorang lelaki? Ataukah secantik apapun wanita tetap
kalah dengan seekor burung? Tentu tidak. Hobi adalah pelengkap, bukan
segalanya. Tapi dengan hobi, isteri tidak akan terabaikan dan pria tetap
memelihara kesenangannya. Pria tetap butuh bersenang-senang meskipun telah
mendapatkan cinta seorang wanita. Hobi bisa berwujud macam-macam mulai dari
memlihara hewan kesayangan hingga kegiatan olahraga.
Dalam khazanah Jawa, keris
adalah tosan aji atau wesi aji. Tosan berarti atosan atau katosan
alias kehebatan, sementara aji berarti harga, nilai, bobot, makna, atau juga
kemuliaan. Orang yang dimuliakan dalam masyarakat disebut orang yang kajen
atau diajeni. Jadi, keris adalah besi yang dimuliakan atau diajeni,
berbeda dengan peralatan besi lainnya seperti pisau, kapak, cangkul, dll. Keris
itu dimuliakan dan dalam kepercayaan kuno, keris adalah sumber kemuliaan karena
mempengaruhi pemiliknya menjadi berwibawa, ditakuti, dlsb. Arti dari sandi curiga/
keris adalah bahwa seorang pria harus memiliki ajian atau sesuatu yang
membuatnya dihormati di masyarakat, atau kadang ditakuti. Hal ini secara luas
berarti ilmu pengetahuan, keahlian atau profesionalisme, derajat pangkat,
kedudukan tertentu, jabatan, ataupun perilaku dan budi pekerti luhur yang
membuatnya disegani sebagai orang baik, orang yang dapat dipercaya, atau orang
bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar