Jika
dalam pewayangan dikenal Arjuna sebagai sosok pria sempurna, maka dikenal pula
sosok Srikandi sebagai wanita idealnya. Ada pula sosok Rama dan Shinta, nah di
sini kita akan membahas substansi dasar dari penokohan karakter-karakter ideal
itu.
Kesempurnaan
wanita digambarkan dengan memiliki tiga kemampuan atau kebisaan yang dalam ilmu
Jawa disebut Masak, Macak, Manak. Berikut penjelasannya:
1.
Masak
Bukan
semata-mata bisa mengolah makanan atau memasak, seorang wanita haruslah kreatif
dan produktif. Ia bisa memberikan apa yang dibutuhkan suaminya atau
keluarganya, khususnya secara mental. Ia harus punya kemampuan managerial
(pengelolaan sumber daya) yang bagus. Dengan demikian seorang wanita bisa
mengolah apapun yang sederhana menjadi bernilai dan bercita-rasa. Selain itu,
memasak adalah skill, jadi wanita harus punya keahlian, dan khususnya keahlian
yang mampu memberikan kebahagiaan atau kebaikan bagi suami dan anak-anaknya.
2.
Macak
Secara
harfiah macak berarti berdandan. Artinya, seorang wanita haruslah bisa merawat
dan memelihara dirinya sendiri. Wanita harus memelihara dan menjaga diri, baik
harga diri, kehormatannya sendiri, maupun kehormatan keluarganya. Berdandan
juga dapat diartikan bahwa wanita harus bisa membuat dirinya dihormati,
dikagumi, disayangi, dicintai, bahkan diinginkan oleh setiap orang, khususnya
suaminya/keluarganya. Wanita harus nampak indah dan menyenangkan (good-looking),
menampilkan dirinya sebagai suatu keanggunan dan keindahan.
3.
Manak
Kodrat
seorang wanita adalah mengandung dan melahirkan anak-anak sebagai penerus/
keturunannya. Arti dari sandi manak ialah seorang wanita harus bisa
menjalankan fungsi reproduksi secara total, mulai dari fungsi seksual bersama
suaminya, mengandung dan melahirkan anak-anaknya, hingga merawat dan mendidik
keturunannya. Wanita adalah pendidik utama bagi anak-anak. Boleh dibilang bahwa
kemuliaan wanita adalah karena merekalah yang melahirkan orang-orang hebat.
Perlu dipahami bahwa proses pendidikan generasi dimulai sejak wanita itu siap
untuk ‘membenihkan’ keturunannya, yaitu sejak pra-nikah, bukan hanya pasca
kelahiran anaknya. Ini hal yang jarang diketahui orang banyak. Sebab perilaku
seorang dipengaruhi perilaku ibunya sejak sebelum nikah, bahkan. Jika wanita
itu baik-baik maka niscaya akan melahirkan keturunan baik-baik. Menurut
legenda-legenda pula, wanita menjadi perebutan para ksatria karena wanita
tertentu diyakini mampu melahirkan keturunan yang hebat dan punya kekuasaan,
seperti Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung hanya untuk mendapatkan Ken
Dedes, karena meyakini bahwa dari rahim Ken Dedes akan lahir para raja penguasa
Tanah Jawa. Agama Islam pula menyiratkan bahwa dalam masa kehamilan, seorang
wanita harus memperbanyak berdzikir dan membaca ayat-ayat Allah, agar anak yang
dikandungnya bercahaya Ilahi dan dekat dengan Allah SWT. Hanya dari perempuan
yang menjaga diri, menjaga kehormatan dan kesuciannya, akan lahir keturunan
yang disucikan dan dilindungi Tuhan serta menjadi manusia berbudi luhur. Wanita
baik akan dipasangkan dengan lelaki yang baik.
Ajaran Jawa
ini bermaksud untuk memberikan arahan dalam menempa diri. Sebab Ajaran Jawa
bersumber pada satu istilah yaitu ‘laku becik’. Laku artinya perjalanan, atau
harus dijalani, dilaksanakan sebagai cara hidup, seumur hidup. Jadi tidak
peduli awal mula manusianya bagaimana asalkan dia mau menempuh laku maka akan
terjadi perubahan yang positif. Ibaratnya jalan, bila tidak ditempuh (tidak
dilewati) maka takkan pernah sampai tujuan. Tapi meskipun berliku dan panjang,
bila ditempuh pastilah akan sampai. Sekian.